Sabtu, 16 April 2011

Dampak Positif membentuk kesehatan Mental dengan menonton Bola

Kata psikolog dari Northumbria University Inggris, menonton sepakbola itu memiliki dampak positif untuk kesehatan mental. Gara-gara bola, pria jadi lebih mudah mengungkapkan emosinya. Ssst, kadar testosteron bisa jadi naik hanya gara-gara nonton bola!


 
Sepakbola adalah olahraga paling populer di atas muka bumi ini. Diperkirakan di Inggris saja sekitar 29 juta orang setiap tahun menonton langsung pertandingan sepakbola. Itu belum termasuk orang yang secara teratur menontonnya melalui televisi.

Sepakbola juga bukan sekadar olahraga. Ia adalah budaya bagi banyak orang. Banyak sendi kehidupan dan bisnis senilai miliaran dolar berputar di sekelilingnya. Pesepakbola terkenal punya kharisma, kekayaan, dan pengaruh luar biasa seperti bintang film atau bintang rock.

Budaya sepakbola itu terasa tak hanya di Inggris. Banyak negara dan daerah yang penduduknya merasa bahagia ketika klub pujaannya menang. Sebaliknya, kekalahan dapat menurunkan semangat.

Perekonomian jadi lebih bergairah ketika ada musim pertandingan. Dan ketika musim tersebut berakhir, penggemarnya jadi seperti orang yang menderita ketagihan.

Rata-rata penggila bola adalah laki-laki. Kaum Hawa ada juga yang gila bola, tetapi jumlahnya sedikit. Mungkin hanya sekitar 14 persen dari seluruh populasi suporter bola.

Perburuan modern

Perilaku penggila bola ini diamati oleh psikolog. Ada keyakinan di antara para psikolog bahwa sepakbola memiliki dampak pada kesehatan mental para pencintanya.

Sepakbola berdampak pada emosi, relasi, identitas, dan penghargaan diri (self esteem). Menurut penelitian Sir Norman Chester Centre for Football Research, University of Leicester di Inggris, satu di antara empat yang menyebut dirinya penggila bola mengatakan sepakbola adalah satu hal paling penting dalam hidup mereka.

Mengapa sepakbola begitu penting? Mengapa pria? Ada pandangan bahwa sepakbola merupakan aktivitas di abad 21 sebagai pengganti acara berburu, kegiatan khas kaum Adam sejak zaman prasejarah.

Desmond (1978) mengatakan bahwa sepakbola merupakan upaya kompensasi untuk mengisi kevakuman psikologis yang dirasakan para pemburu di abad 21. Menurut mereka, sepakbola menjadi substitusi untuk acara perburuan yang melibatkan kegiatan fisik hebat dengan risiko dan keriaan luar biasa.

Perburuan membutuhkan perencanaan dan strategi yang berlandaskan keterampilan dan keberanian. Klimaks perburuan itu adalah momen kemenangan saat piala sudah ada dalam genggaman.

Pengaruh testosteron

Seperti acara perburuan di zaman prasejarah, bukan hanya adrenalin yang terpacu saat menonton tim kesayangan, tetapi juga hormon khas lelaki, testosteron. James Dabbs dari Georgia State University, AS, melakukan riset menonton olahraga seperti sepakbola yang memiliki dampak pada kadar hormon. Hasil penelitian yang dilakukan selama Piala Dunia 1994 di AS menemukan bahwa kadar testosteron naik dan turun sesuai kondisi menang dan kalah.

Sampel ludah diambil dari pendukung tim Brasil dan Italia. Setelah Brasil menang, hormon testosteron pendukungnya naik rata-rata 28 persen, sedangkan pendukung Italia turun 27 persen.

Penelitian lain menunjukkan, penggila bola merasakan pasang surut aliran gelombang hormon selama pertandingan. Seolah-olah mereka sendiri yang sedang menggiring bola di lapangan.

Sepakbola bagi mereka adalah aktivitas waktu luang dan hiburan yang memenuhi kebutuhan psikologis melarikan diri dari stres dan tekanan hidup. Berkat sepakbola, mereka bisa lari sejenak ke dunia lain. Waktu nonton bola ini begitu "suci" dan tidak bisa diganggu gugat oleh apa pun.

Ajang sepakbola besar seperti Piala Dunia atau Euro 2008 bagi penggila bola adalah ritual yang tak boleh dilewatkan. Seperti kata banyak orang, bola itu bundar, hasil akhir pertandingan tidak pernah bisa diduga.

Ini yang memberikan perasaan campur aduk antara senang, penuh harap sekaligus cemas sebelum even akbar itu berlangsung. Ketika tim pujaan menang, hasil pertandingan itu memberikan perasaan bahagia, sehat, dan eforia kolektif.

Meluapkan emosi

Even sepakbola besar terbukti berdampak positif pada kesehatan mental, menurut Masterton G. and Mander J.A. (1990) yang dimuat dalam The British Journal of Psychiatry. Penelitian itu menemukan saat Piala Dunia, ada penurunan besar pada jumlah penerimaan gawat darurat psikiatri selama dan sesudah pertandingan final.

Ketika tim pujaan kalah, tak selalu berdampak negatif pada kesehatan. Menonton pertandingan sepakbola merupakan tindakan katarsis yang memberikan kesempatan untuk mengekspresikan dan merilis emosi internal yang pada pria rata-rata susah diungkapkan.

Belum lagi suasana karnaval yang biasanya melingkupi sebuah pertandingan akbar. Karnaval itu melibatkan hampir semua orang di kota atau suatu daerah.

Penggila bola keluar mengenakan kostum senada dan menggunakan bahasa yang jarang digunakan sehari-hari. Dalam suasana karnaval itu mereka bertingkah laku melepaskan ketegangan seperti berteriak dan menyanyi kencang-kencang, yang berguna untuk mengeluarkan emosi dalam seperti frustrasi atau kesedihan.

Cegah bunuh diri

Buat kaum muda, pelepasan emosi ini penting untuk menjaga kesehatan. Tanpa rilis yang baik, menurut Mental Health Foundation dari Inggris, saat mengalami masalah mental, satu dari empat lelaki muda di bawah umur 35 tahun rentan untuk melakukan bunuh diri. Kelompok usia ini memang merupakan penggemar bola terbanyak di seluruh dunia.

Kedekatan dengan sesama penggila bola menciptakan persahabatan sebab sepakbola menciptakan platform yang sama untuk saling berkomunikasi. Bola membantu orang menjaga relasi karena rutinitas dan struktur musim pertandingan menyediakan alasan bagi sejumlah orang untuk saling bertemu.

Sepakbola adalah pemersatu karena banyak orang dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda saling berhubungan. Sepakbola juga membantu banyak orang yang pemalu atau sibuk mencari topik pembicaraan.

Pembicaraan soal sepakbola ini menjadikan dua orang asing jadi dekat satu sama lain. Lebih dari itu, rasanya hanya sepakbola yang mampu menghentikan konflik bersenjata (perang) dan perseteruan politik, walau untuk sesaat.

Sepakbola juga mendekatkan antaranggota keluarga, khususnya bapak dan anak. Banyak orangtua memandang sepakbola sebagai bagian penting dalam relasinya dengan anak. Dalam sebuah penelitian, diungkapkan banyak penggila bola yang pertama kali menonton pertandingan bersama ayahnya.

Waktu yang tersita demi pertandingan bola kemudian jadi sesuatu yang rutin. Ini akan menciptakan perrcakapan dan memberi kesempatan bagi orangtua dan anak-anak untuk saling menyesuaikan diri. Dalam hal ini sepakbola menciptakan waktu berkualitas untuk mereka.

Kondisi ini akan terus berlangsung sampai anak dewasa dan merupakan cara bagus untuk menjaga relasi antara orangtua dan anak.

Menyoal Makanan Teman Nonton

Jujur, sebenarnya sungguh sulit mencari hubungan antara makanan sehat dan menonton bola ramai-ramai. "Sebab nonton pertandingan bola bareng itu lebih ke arah kegiatan indulgent atau memanjakan diri. Senang-senang itu ya maunya makan enak. Jangan heran kalau makanan tak sehat yang jadi teman nonton sepakbola," kata Prof. Dr. Walujo Surjodibroto, Sp.GK(K), MSc, guru besar gizi dari Fakultas Kedokteran UI. Ia menilai, tidak ada rule atau aturan untuk mengatur pola makan saat bersenang-senang seperti itu.

Dalam kesenangan menonton bola ini, biasanya kegiatan dimulai dengan nongkrong di kafe sejak pukul 23.00. Pertandingan dimulai sekitar pukul 02.00 dan berakhir dua jam kemudian.

"Begadang seperti ini memang tidak masalah buat anak muda, asal jangan setiap hari. Masalahnya, banyak juga 'kan orang paruh baya yang senang nonton siaran langsung pertandingan bola?" ungkap dokter gizi di RS Tebet Jakarta ini.

Makanan yang biasa jadi teman bersenang-senang adalah makanan bertepung, manis dan berminyak, atau berlemak. Bahaya yang mengancam dari makanan jenis ini adalah rasa lapar yang cepat datang, sehingga timbul keinginan makan terus-menerus.

"Biskuit dan goreng-gorengan itu mengandung banyak gula. Ini akan merangsang insulin, sehingga timbul rasa lapar lagi. Tanpa terasa kita akan makan banyak sekali," ucapnya.

Ia menyadari, sulit untuk tidak makan camilan berlemak, bertepung, dan berminyak saat menonton bola. Kalaupun terpaksa begitu, selingi dengan makan buah atau kuaci.

Sebagai gantinya, Prof. Walujo menyarankan untuk mencari camilan yang proses memakannya lama. "Contohnya, pilih kuaci karena lama proses makannya," ujarnya.

Lebih ideal lagi jika memilih buah sebagai teman nonton. Pilihlah yang butuh proses untuk memakannya seperti salak, pepaya, dan buah lain yang perlu dikupas dulu.

Sebenarnya banyak pilihan makanan sehat saat menonton bola, misalnya kacang kulit rebus, kacang kedelai rebus, singkong atau ubi rebus. Makanan ini sehat dan tidak bikin cepat lapar.

Kalau minumannya? "Jangan minum soda atau bir. Kopi boleh saja, tetapi kalau punya tekanan darah tinggi pilihlah yang decafeinated. Jangan tambahkan gula atau krim terlalu banyak," katanya.

Cegah Jantungan Akibat Bola

Menjelang pertandingan Piala Eropa 2008, para dokter di benua Eropa sedang bersiap-siap menghadapi peningkatan panggilan gawat daturat, serangan jantung, kekerasan pada istri, kejadian menyetir dalam keadaan mabuk, depresi, meiukai diri sendiri, bahkan bunuh diri.

"Semakin penting pertandingan, semakin besar risikonya" kata Ute Wilbert-Lampert, peneliti dari the Munich University Clinic di Jerman Selatan, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Selama pertandingan Piala Dunia 2006, timnya menemukan sejumlah kasus cardiac arrest atau jantung berhenti mendadak dan debar-debar di antara kaum pria di Munich. Di kalangan wanita, kasus itu meningkat dua kali lipat.

Kasus penyakit jantung meningkat ketika tim Jerman berlaga dan berpuncak di perempatfinal melawan Argentina. Lalu, meningkat lagi di semifinal melawan Italia dan kalah. Dua pertandingan penting itu berakhir setelah perpanjangan waktu dan tendangan penalti.

Di Inggris, peneliti menemukan serangan jantung meningkat 25 persen ketika Inggris kalah dari Argentina melalui tendangan penalti di Piala Dunia 1998.

Peningkatan angka kejadian penyakit jantung itu membuat para ahli menganjurkan agar orang yang punya risiko kena stres gara-gara pertandingan bola mengonsumsi obat-obatan receptor blocker, aspirin, dan statin. Mereka bahkan mengajak mempertimbangkan terapi perilaku untuk menenangkan diri sebelum duduk di sofa dan menonton pertandingan.

"Kami menganjurkan pasien untuk tidak nonton pertandingan penting setelah serangan jantung atau jika mereka dinilai berisiko tinggi kena serangan jantung," kata Herve Douard ahli penyakit jantung di University Hospital Clinic di Bordeaux, Perancis.

Tentu tidak semua pertandingan sepakbola mendatangkan marabahaya. Sebuah penelitian terbaru, seperti dirilis situs BBC menyatakan, menonton tim kesayangan menang dalam pertandingan penting berefek baik untuk jantung.

Para peneliti itu melihat angka kematian karena serangan jantung di Perancis mengalami penurunan signifikan ketika tim nasional mereka menang 3-0 atas Brasil di final Piala Dunia 1998.

Belinda Linden dari British Heart Foundation mengingatkan, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan dari penelitian itu. "Walaupun belum yakin, banyak orang tentu akan senang mendapati tim nasionalnya menang. Ini akan mengurangi risiko serangan jantung, tetapi tidak sesederhana itu," katanya.

"Pembentukan deposit lemak dalam pembuluh koroner yang menyebabkan penyakit jantung umumnya terbentuk selama bertahun-tahun dan sering merupakan hasil gaya hidup tak sehat seperti pola makan tinggi lemak, merokok, dan kurang gerak. Jika punya gaya hidup seperti ini serangan jantung dapat terjadi setiap waktu," katanya.

Memelototi TV, Tetapi Tetap Fit

Televisi memiliki pengaruh sangat kuat dalam kehidupan modern. Sayang, lebih banyak pengaruh negatif yang dituduhkan ke kotak ajaib yang bisa mengeluarkan suara dan gambar itu. Gara-gara televisi, kita jadi malas bergerak. Orang dewasa dan anak-anak jadi lebih suka memandangi televisi sambil tak henti mengunyah. Inilah yang menyebabkan banyak orang di Amerika Serikat jadi kegemukan.

Agar acara menonton bola jadi sehat dan menyenangkan, ada sejumlah aturan yang harus dipatuhi. "Usahakan jarak yang tepat untuk menonton televisi, yaitu sekitar lima kali lebar diagonal TV," kata Dr. Handrawan Nadesul.

Memandangi monitor televisi terus-menerus juga tak dianjurkan. Lalu, kapan saatnya beranjak dari TV dan mengalihkan mata sejenak?

"Sesering mungkin. Usahakan setiap dua jam sekali memandangi sesuatu yang berwarna hijau," jawabnya.

Duduk terus-menerus tanpa gerak memandangi televisi tentu tak baik untuk kelancaran peredaran darah. "Beberapa menit sekali berdirilah sambil menggerak-gerakkan anggota tubuh. Lalu berjalanlah beberapa langkah," katanya.

Pelepas emosi

Cara lebih baik untuk memperlancar peredaran darah adalah berolahraga secara teratur. Sebagai penggila bola tentu akan lebih baik tak sekedar jadi penonton, tetapi juga menggiring bola di lapangan secara teratur atau paling tidak melakukan aktivitas olahraga.

Olahraga bikin tubuh jadi sehat dan menjauhkan diri kita dari penyakit jantung dan penyakit degerenatif lain. Kebiasaan menonton TV berjam-jam sambil makan camilan merupakan cara termudah untuk menaikkan berat badan. Bila Anda menyeimbangkannya dengan olahraga, itu berarti mengontrol pemasukan kalori. Olahraga membantu kita membakar kelebihan kalori dalam tubuh.

Bukan hanya untuk fisik, olahraga juga baik untuk kesehatan mental. Saat tim kesayangan Anda tidak bermain sesuai harapan, tentu ini bikin Anda sebal dan berada dalam keadaan bad mood. Sudah diketahui secara luas bahwa olahraga apa pun, termasuk sepakbola, merupakan cara yang baik untuk melepaskan emosi dan bad mood. Penelitan sudah banyak membuktikan bahwa olahraga dapat menjauhkan kita dari stres.

Bangkit dari sofa

Perihal gerak badan secara teratur ini didukung oleh The European Commision dan UEFA. Tahun lalu dua lembaga ini meluncurkan kampanye lewat iklan TV yang mendorong warga benua Eropa untuk memasukkan olahraga sebagai bagian dari keseharian mereka. Iklan itu mengajak orang Eropa untuk berdiri dari sofa dan aktif secara fisik.

Inisiatif untuk melakukan kampanye ini disebabkan pola makan tak sehat dan kurangnya aktivitas fisik di Eropa. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya masalah obesitas atau kegemukan yang potensial menyebabkan berbagai penyakit.

Diperkirakan separuh dari populasi orang dewasa di benua Eropa itu kelebihan berat badan atau obesitas. Lebih parah lagi, diperkirakan lebih dari 22 juta anak-anak mengalami kelebihan berat badan. Setiap tahun jumlahnya meningkat hingga 400 ribu anak.

Kiat Menukar Waktu Tidur

Dokter mana pun tentu tak akan setuju dengan begadang, sebab kebiasaan ini menyebabkan waktu istirahat berkurang. Keesokan harinya tubuh jadi kelelahan dan mengantuk saat di kantor atau sekolah.

"Minimal tujuh jam sehari tubuh kita perlu beristirahat, termasuk waktu tidur siang. Kalau masih ngantuk, pertanda waktu tidur kurang. Tidur kurang bisa berarti durasinya kurang, Bisa juga kualitas tidur kurang baik. Sebab bisa saja durasi tidurnya cukup, tetapi terasa kurang karena tidur tidak nyenyak. Karena itu, tidur nyenyak sangatlah penting. Tanda kenyenyakan adalah bisa bermimpi," papar Dr. Handrawan Nadesul.

Supaya tidak mengantuk keesokan harinya, tentu kita harus pandai-pandai mengalokasikan waktu tidur agar jatah tujuh jam sehari itu terpenuhi.

"Tukar saja jam aktivitasnya. kerja dikantor pukul 16.00 sampai 24.00, diteruskan nonton bola sampai subuh. Tidur pukul 06.00-12.00. Ini khusus untuk pengusaha yang bisa mengatur waktu sendiri. Buat karyawan tentu tidak ada perusahaan yang mengizinkan jam kerja aneh seperti itu," kata Dr. Phaidon L. Toruan, dokter sekaligus praktisi kebugaran tubuh, menanggapi soal begadang untuk nonton pertandingan sepakbola.

Buat karyawan, kalau nekat ingin nonton tetapi tidak mau mengantuk saat kerja, minimal sempatkan tidur pukul 02.00. "Lumayanlah nonton satu babak, lalu bangun pukul 06.00. Ini cukup buat pemulihan," katanya.

Dr. Phaidon menyarankan untuk pilah pilih pertandingan agar acara begadang ini tidak terlalu sering. "Paling penting 'kan tidak boleh melewatkan pertandingan final. Untuk yang satu ini, ambillah cuti supaya puas menontonnya," katanya.

Untungnya pertandingan final biasanya dilangsungkan di hari Minggu.

Merusak ritme

Kafein, menurut Phaidon, adalah minuman yang paling halal untuk membantu acara begadang hingga dini hari. "Sayangnya kopi bisa merusak ritme," katanya.

Kok bisa? Begini penjelasan Dr. Phaidon. Saat malam tiba, tubuh mengeluarkan hormon melatonin. Hormon ini khusus diproduksi tubuh saat tidak ada cahaya dan merupakan sinyal agar kita pergi tidur.

"Dan pada saat tidur, kita mengeluarkan hormon pertumbuhan untuk memulai proses pemulihan tubuh. Kalau kita memaksakan diri begadang, apalagi ditemani kafein, ada banyak efek yang merugikan tubuh," ujarnya.

Setelah efek kafein habis, kita seolah mengalami crash. Sistem saraf akan mengalami kelelahan. Bila cara untuk mengatsi kelelahan itu dengan minum kopi plus gula pasir, gula darah akan turun.

"Kalau dipaksakan beraktivitas, jantung akan bekerja ekstra, untuk memompa energi," ucapnya.

Bi1a dipaksakan bekerja setelah begadang, fungsi otak akan turun. Parahnya, kita jadi susah tidur lelap karena kurangnya produksi melatonin dalam tubuh saat siang hari.

"Kalau terus begadang nonton bola lagi, siklus berulang dan rusaklah ritme itu," katanya.

 Sumber : Senior

0 komentar:

Posting Komentar